Jumat, 11 September 2009

Apa yang Membuat Saya Mantap Menjadi Guru?


Ini adalah tahun kesembilan saya menjadi guru, belum terlalu lama memang, namun bukan berarti kurang waktu untuk menyatakan diri bahwa ; Guru adalah profesi saya. Profesi yang dengan keyakinan mantap akan saya tekuni selama menjalani kehidupan di dunia ini. Jika pada awalnya memang penuh keraguan, namun seiring berjalannya waktu dan pelajaran hidup yang saya temui, saya meyakini profesi ini tidak sekedar menafkahi hidup saya namun membuat saya kaya raya.

Pengalaman-pengalaman yang merupakan puzzel kehidupan, yang membuat saya memiliki kebanggaan dengan sebutan guru pada diri saya itu diantaranya adalah apa yang akan saya paparkan berikut ini.



· Saya selalu mendapatkan sesuatu pada saat saya memberi. Anda punya uang, bagikan uang Anda secara percuma, saya yakin uang Anda akan habis. Namun tidak demikian dengan pengetahuan, saat Anda bagikan, pengetahuan Anda akan sesuatu semakin berkembang. Menakjubkan bukan, tanpa pengetahuan bisnis yang memadai saya ternyata telah menjadi investor yang selalu untung. Pertanyaan dan sanggahan murid-murid, terus memperkaya pengetahuan saya. Pengamatan mereka yang tak selalu sama dengan pengamatan saya, menambah wawasan dan paradigma saya dalam melihat sesuatu. Belum lagi jika murid-murid saya mulai membawa hal-hal baru bagi saya, sungguh menyenangkan.


 
Saya sering mendapatkan pencerahan. Bagi saya setiap pribadi itu unik, tak jarang saya mendapatkan inspirasi yang menyenangkan saat bersama murid-murid. Intuisi yang entah bagaimana datangnya selalu saja muncul, saat saya mengalami kebuntuan. Ide-ide begitu saja berloncatan saat membahas sesuatu bersama mereka, itu tak terpikirkan sebelumnya. Entah sudah berapa banyak, ide-ide itu tertata rapi di file komputer. Sehingga saat kehilangan gairah, membaca kembali apa yang pernah ditulis menjadi hiburan tersendiri, yang pada akhirnya perlahan memompa hidup pada kegairahan kembali.

· Profesi ini mengontrol hidup saya. Banyak orang tak suka dikontrol, tak terkecuali saya. Semakin dikontrol, maka akan semakin banyak pula siasat dibuat untuk mengelabui pengontrol, sepertinya itu adalah hal yang lazim dilakukan, meskipun keliru. Sungguh tidak nyaman, hidup dibawah kendali orang lain. Namun bagaimana jika yang mengontrol hidup kita adalah diri sendiri, saya yakin banyak diantara kita sepakat begitulah seharusnya. Dan ternyata dengan menjadi guru, saya mengalami hal tersebut.
Saya merasa tidak nyaman jika saya tidak mengenakan helm saat naik motor di jalan raya, bukan karena takut kena tilang, tetapi saya merasa tidak nyaman jika kena tilang dan polisi tahu saya adalah seorang guru. Demikian juga jika saya akan pergi ke tempat-tempat yang menurut saya punya daya pikat yang lumayan besar, namun keinginan itu terus saya pendam, sekali lagi karena ada sesuatu yang mengendalikan saya ; profesi saya sebagai seorang guru. Dan masih banyak hal lain lagi yang karena saya adalah guru maka saya mencoba sekuat tenaga tidak melakukannya.

· Saya adalah seorang publik figur. Berapa banyak diantara kita yang menginkan untuk menjadi orang terkenal, karena dengan menjadi orang terkenal banyak urusan jadi mudah dilakukan. Hingga hari ini, saya masih melihat ’syndrome idol’ di negeri ini. Bukankah dengan menjadi guru, sebenarnya seseorang sudah menjadi publik figur?

Prilaku kita dikuntit siswa, bahkan tak jarang nama kita pun digunjingkan oleh mereka. Bayangkan jika tahun ini adalah tahun ke sembilan saya, dan jika ada 700 orang di sekolah saya saat ini, dan angka keluar masuk ada 200 orang saja, maka sudah ada kurang lebih 2000 orang yang mengenal saya, belum lagi ditambah orang tuanya. Angka yang cukup sulit untuk sepenuhnya mengenal mereka bukan? Tetapi pasti tidak demikian dengan mereka. Sehingga wajar jika di banyak tempat saya menjumpai seseorang yang memanggil dan mengenal saya.

Jika sudah begitu, layaknya seorang pesohor, segala urusanpun menjadi lebih mudah (tidak mesti harus kolusi dan nepotis), kita akan dilayani sebagaimana seharusnya, saya pikir itu sudah cukup melegakan untuk kondisi negeri ini. Bahkan tak jarang, alumni yang berhasil menceritakan keberhasilannya yang membuat Anda diyakinkan akan keberartian hidup menjadi guru, dan ujung-ujungnya Anda pun ditraktir. He..he...

· Kebahagiaan terbesar saya adalah menyaksikan bagaimana mereka mengekspresikan kebahagiaan. Sepertinya ini klise, tetapi ini terjadi dalam kehidupan saya. Melihat seorang murid tersenyum karena keberhasilan dan saya terlibat dalam prosesnya, sungguh sangat menyejukkan. Terlebih jika mereka mengirim kabar saat sudah tak lagi menjadi murid di sekolah dan menyampaikan informasi kebahagiaan, ada kepuasan yang tak terkira. Dan masih banyak hal lain lagi yang saya alami, dan akan terus bertambah seiring berjalannya sang waktu.

Ini adalah bagian kecil dari apa yang saya alami secara psikologis dan sosial, namun setidaknya cukup membangkitkan kegairahan dan kepercayaan diri saya. Saat saya memaparkan ini, bukan berarti saya tak pernah mengeluh. Namun bukankah orang yang bahagia adalah orang yang berhasil mengatasi keluhannya dengan menikmati kebahagiaan yang berhasil diraihnya. Selalu ada manis di tengah rasa pahit sekalipun, dan jika sudah demikian maka kebahagiaan akan terus terpancarkan. Semoga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar